Rabu, 01 Mei 2013

Tempat Wisata Di Malang

1. Pulau Sempu (26 persen)

Meskipun tidak berada persis di Kota Malang, tapi ternyata Pulau Sempu mampu menarik perhatian sebanyak 26 persen d'Traveler. Pulau kecil di selatan Malang ini kerap disebut-sebut sebagai surga tersembunyinya Jawa Timur.

Anda bisa menyambangi pulau ini dari Pantai Sendang Biru, Malang. Dari sinilah perjalanan menuju 'surga' berawal. Di pulau tanpa penghuni ini terdapat sebuah laguna yang sudah menjadi tujuan wajib wisatawan, yaitu Segara Anakan. Ets, sebelum bisa menyaksikan keindahannya, Anda harus lapor terlebih dahulu, sebab ini adalah cagar alam. Ada penjaga keamanan di kantor yang berada di pojok kanan Pantai Sendang Biru.

Perizinan sudah selesai, kini saatnya menjelajah Pulau Sempu. Sebelum bisa mencapai laguna yang cantik, Anda harus trekking membelah hutan selama sekitar 2 jam. Usahakan datang pada musim panas karena tanah yang kering memudahkan perjalanan trekking.

Perjalanan yang cukup melelahkan akan terbayar kontan saat menjejakkan kaki di pasir putih laguna yang bersih dan lembut. Pemandangan karang yang menjulang seperti tembok alam nan asri membuat perasaan gembira tak karuan. Tak jarang traveler yang ke sana mengaku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Jangan lupa menjaga kebersihan, ya!

2. Toko 'Oen' (10 persen)

Banyak yang bilang, belum ke Malang jika belum mencicipi es krim di Toko 'Oen'. Jelas saja, toko yang sudah berdiri sejak tahun 1930 ini memang memiliki menu es krim yang nikmat.

"Yang jadi favorit di sini adalah es krim, semua rasa. Karena asli bikin sendiri, tanpa pengawet dan bikinnya manual," jelas staf Toko 'Oen', Nia saat dihubungi detikTravel, Rabu (24/10/2012).

Penasaran? Datang saja ke Jalan Basuki Rahmat No 5. Di situ Toko 'Oen' berdiri dengan arsitektur tempo doeloe lengkap dengan jendela-jendela besarnya. Begitu melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam toko, Anda akan disuguhkan suasana khas zaman kolonial Belanda. Kursi-kursi rotan dengan meja bulat yang besar juga masih dipertahankan di sini.

Satu porsinya, es krim dibanderol dengan harga Rp 13 ribu per scoop, kecuali es krim durian seharga Rp 20 ribu. Selain es krim, Toko 'Oen' juga terkenal dengan steak lidah yang mantap. Menikmati steak lidah dengan es krimnya yang nikmat sambil duduk di tengah suasana kolonial Belanda pasti bisa membuat Anda betah berlama-lama di sini.

3. Coban Rondo (9 persen)

Selanjutnya ada Coban Rondo. Air terjun yang berada di Desa Pandansari, Kecamatan Pujon, Malang ini menyita perhatian sekitar 9 persen d'Traveler. Tempatnya yang berada di kawasan lereng Gunung Kawi menambah pesona dan kesegaran air terjun ini.

Air terjun ini sudah lama menjadi destinasi favorit di Malang. Tingginya mencapai 84 meter dan berada di ketinggian 1.135 mdpl, maka tak heran gemercik airnya sangat dingin dan sejuk. Suhunya pun dapat mencapai 22 derajat celcius. Maka Coban Rondo adalah tempat yang pas untuk melepas kepenatan. Apa lagi perpaduan air yang jernih serta pepohonan yang hijau akan menambah pesona air terjun Coban Rondo.

4. Alun-alun Malang (8 persen)

Hampir semua kota di Indonesia memiliki alun-alun. Selain digunakan sebagai taman kota, lokasi ini biasanya juga dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berwisata. Sama halnya di Malang, alun-alun juga menjadi destinasi favorit sebanyak 8 persen d'Traveler.

Jelas saja, Alun-alun Malang memang memiliki suasanya yang cukup nyaman, walaupun memang setiap hari tempat ini ramai dikunjungi banyak orang. Tidak hanya warga Malang saja, wisatawan dari luar kota pun banyak ditemukan di tempat ini.

Selain ruang hijau yang bisa dinikmati, ada juga beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan aneka jajanan khas Malang di tempat ini. Menikmati pusat kota yang ramai sambil menikmati aneka kuliner murah-meriah di Alun-alun Malang, kenapa tidak?

5. Jawa Timur Park (8 persen)

Nah, kalau yang satu ini adalah kawasan wisata ternama andalan Jawa Timur, namanya Jawa Timur Park. Berada di Batu, atau berjarak sekitar 20 km dari Malang, area wisata yang juga dikenal dengan nama Jatim Park ini dipilih oleh 8 persen d'Traveler. Jatim Park dibagi 2 bagian, yaitu Jatim Park 1 dan Jatim Park 2.

Bagi Anda yang ingin mengajak keluarga berekreasi dan belajar di taman bermain, Jatim Park 1 adalah tempat yang tepat. Jatim Park 1 punya lebih dari 50 wahana seru, seperti kolam renang raksasa, play ground, remote car, jet coaster, bioskop 3D, dan masih banyak lagi. Puas bermain, kini saatnya untuk menambah ilmu. Ada beberapa wahana edukasi di Jatim Park 1, seperti Outdoor Science Center, Galeri Nusantara Science Center Kimia & Biologi, Amazing Human Body, miniatur candi, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Jatim Park 1 buka setiap hari, mulai pukul 08.30-16.00 WIB. Harga tiket masuknya Rp 50 ribu untuk hari Senin-Kamis dan Rp 60 ribu untuk hari Jumat-Minggu. 

Sedikit berbeda dengan Jatim Park 1, Jatim Park 2 akan mengajak Anda kembali ke alam. Di sini terdapat 3 tempat yang seru, seperti Museum Satwa, Pohon Inn Hotel, dan Batu Secret Zoo. Bagi Anda pecinta binatang, Museum Satwa adalah tempat yang wajib dikunjungi. Hanya dengan membayar tiket sebesar Rp 20 ribu, Anda sudah bisa menyaksikan replika satwa purba, seperti Tyrannosaurus-Rex, Stegosaurus, Mammoth, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jika ingin menikmati kawasan ini lebih lama lagi, Anda bisa menginap di Pohon Inn Hotel. Uniknya, hotel ini berdesain layaknya pohon sungguhan. Bagi yang ingin bermalam di sini, Anda bisa menyewa kamar dengan harga mulai dari Rp 440 ribu hingga Rp 1,4 juta per malamnya. Sensasi menginap di dalam pohon bisa Anda rasakan di sini.

Selain itu, tidak jauh dari Pohon Inn Hotel, ada Batu Secret Zoo. Kebun binatang bergaya modern ini memiliki koleksi satwa yang cukup beragam. Dengan membayar Rp 55 ribu pada hari Senin-Kamis dan Rp 65 Jumat-Minggu, Anda sudah bisa berkenalan dengan berbagai binatang di Batu Secret Zoo.

Selain 5 destinasi favorit di atas, d'Traveler juga memilih tempat wisata lainnya di Malang. Pantai Balekambang, Pantai Goa Cina, dan Batu Night Spectacular masing-masing dipilih oleh 5 persen d'Traveler. Kemudian ada juga Pantai Sendang Biru yang dipilih oleh 3 persen d'Traveler.

Malang yang punya banyak tempat wisata ternyata benar-benar terbukti dari antusias d'Traveler dalam memilih destinasi favorit mereka. Lalu, apa tempat favorit Anda di Malang?

Selasa, 30 April 2013

Bapak Walikota Malang


Nama Lengkap : Peni Suparto
Alias : Inep | Peni | Ebes
Agama : Islam
Tempat Lahir : Kediri
Tanggal Lahir : Kamis, 14 Agustus 1947
Zodiac : Leo
Warga Negara : Indonesia
>Biografi<
"Ebes e kera ngalam" panggilan akrab Peni Suparto yang menjabat sebagai Walikota Malang selama dua kali masa kepemimpinan.  Lahir di Kediri 1947 Agustus tidak membuatnya turun semangat dalam memimpin kota Malang. Berkat kepemimpinannya kota Malang berkembang dengan pesat dan meningkat.


>Penghargaan<



Karya:
  • Wasiat Mpu Tantular
  • Merajut Masa Depan Kota Bunga
  • Di Balik Ramalan Joyoboyo
  • Menyambut Tantangan Globalisasi
  • The Rise Of The New Tumapel
  • Mari Menanam dan Merawat
  • Sekolah Seribu Bunga
  • Paradigma & Implementasi Pelayanan Publik
  • Membangung Demokrasi di Bumi AREMA

Sejarah Malang


Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.]Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas salurandrainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut.
Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkucecwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Icwara yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkucecwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.